logo hai 1


Promoting  Equal  Partnership

Nelayan Negeri Lima, Ureng dan Assilulu Lakukan bersama HAI Lakukan Pemetaan Wilayah Fishing Ground

Indonesia memiliki potensi penghasil ikan tangkap terbesar di dunia bahkan masuk peringkat 10 besar di dunia versi kementerian koordinator bidang kemaritiman dan investasi, Maluku adalah salah satu lumbung komoditi ekspor perikanan tuna yang merupakan potensi terbesar yang dimiliki Indoensia sebagai negara maritim. Lautan Maluku menjadi salah satu yang mampu menghasilkan ikan tuna dengan kualitas yang sangat baik, dengan kualitas masih sangat asri dan terjaga kealamiannya. Namun perubahan iklim yang terjadi membuat keadaan tersebut berbanding terbalik yang dirasakan oleh nelayan Negeri Lima, Ureng dan Asilulu, waktu dan lokasi tangkap yang merupakan kebiasaan masyarakat nelayan tiga negeri menjadi tidak sesuai lagi. Setidaknya 10 tahun terakhir banyak perubahan yang dirasakan oleh nelayan seperti, perubahan musim pancaroba yang tidak menentu, sehingga sulit menentukan waktu melaut yang tepat, lokasi ikan yang sulit diprediksi akibat arus dan suhu permukaan laut (SPL) yang cepat berubah-ubah membuat ikan tidak nyaman berada di perairan tertentu, serta jarak lokasi penangkapan ikan semakin jauh dari daratan, membuat beban operasional semakin besar sehingga terkadang nelayan harus menanggung kerugian besar. Kondisi ini diperburuk oleh keadaan  masyarakat yang minim pengetahuan terkait perubahan iklim dan usaha adaptasinya.

Wilayah tangkap nelayan ketiga negeri (desa)

Study pola migrasi dan kalender musim penangkapan yang akan dilakukan adalah usaha untuk menganalisa gap antara pengalaman empiris masyarakat nelayan secara langsung, kondisi real di lapangan dan kajian teoritis ilmu kelautan dan perikanan tangkap. Sehingga gol nya adalah terdapat kalender musim dan wilayah tangkap yang terbarukan, serta rekomendasi yang tepat, berdasarkan komparasi antara praktik empiris dan kajian teoritis. Study ini akan dilakukan dengan mendefinisikan terlebih dahulu konsep masyarakat tentang Tanoar berdasarkan praktik dan pengalaman selama ini, sehingga diketahui dasar pengetahuan dan kebiasaan nelayan dalam menentukan wilayah tangkapnya, dari kebiasaan tersebut akan tergambar kalender musim dan wilayah tangkap (fishing ground) atau peta mental berdasarkan bulan penangkapan sebagai baseline untuk melakukan study. Peta mental akan ditindak lanjuti dengan verifikasi lapangan yaitu melakukan pengambilan data di wilayah tangkap nelayan menggunakan fish finder atau echosounder yaitu peralatan akustik pendeteksi ikan dan plankton secara real time. Data tersebut akan dipadukan dengan data citra satelit Remote Sensing (pengindraan jauh) menggunakan parameter klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) untuk peramalan daerah penangkapan ikan berdasarkan relasi antara faktor lingkungan dengan ikan.

Lokasi penelitian dilakukan di perairan yang menjadi wilayah tangkap nelayan Negeri Assilulu, Ureng dan Negeri Lima Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. penelitian dilakukan dengan metode Participatory Rural Appraisal, yaitu pelibatan masyarakat sejak awal studi untuk mendapatkan Peta mental lokasi penangkapan berdasarkan bulan penangkapan dari pengalaman nelayan menangkap ikan dengan In-Depth interview. Penelitian dipadukan dengan metode remote sensing menggunakan data citra dari satelit AQUA MODIS, yaitu satelit Aqua Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS). Satelit Aqua MODIS merupakan satelit ilmu pengetahuan tentang bumi dari Nation Aeronautics and Space Administration (NASA), yang mempunyai kelebihan dapat mengukur kandungan konsentrasi klorofil-a dan SPL diperairan.

Hasil dari study ini akan terdapat gap analisis antara pengalaman empiris dan kajian teoritis yang melahirkan kalender waktu dan wilayah tangkap yang terbarukan untuk mengetahui daerah potensial penangkapan ikan (DPPI), serta rekomendasi pemanfaatan wilayah tangkap yang efektif. Kalender waktu dan wilayah tangkap akan digunakan sebagai panduan yang baru bagi nelayan sebagai solusi dari permasalahan sulit menentukan wilayah tangkap dan posisi ikan pada waktu tertentu, yang artinya sekaligus menyelesaikan permasalahan besarnya operasional melaut.

Adanya kalender musim dan wilayah penangkapan ikan yang terbarukan dapat dijadikan patokan bagi nelayan saat akan melaut sama halnya seperti Tanoar, untuk mengetahui DPPI setiap wilayah perairan dan musim sepanjang tahun. Dengan harapan potensi perikanan yang ada di perairan sekitar tiga negeri dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan efektif sebagai daerah penghasil perikanan tangkap tuna dan pelagis dengan kualitas terbaik di Indonesia.

Kegiatan ini bertujuan mendapatkan data dan informasi yang terkait dengan:

  1. Konsepsi terkait tanoar dan penerapan nya oleh Nelayan saat ini;
  2. Daerah potensial penangkapan ikan nelayan ketiga negeri;
  3. Kondisi ;
  4. Menganilisis kesenjangan antara kondisi lapangan dan kondisi ideal yang diharapkan sebagai rekomendasi bagi stake holder.

Leave a Reply

Your email address will not be published.