logo hai 1


Promoting  Equal  Partnership

Peran Jibu jibu dalam Mendukung Ekonomi Rumah Tangga

Harmony Alam Idonesia kembangkan potensi Jibu-jibu (sebutan untuk perempuan yang berkeliling menjajakan ikan di desa atau di pasar) tiga desa Negeri Lima, Ureng dan Assilulu kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. HAI menilai peran perempuan memiliki potensi yang besar untuk berperan serta dalam ekonomi keluarga. Tanpa disadari Kualitas sumber daya perempuan tidak  kalah dibandingkan dengan laki-laki, perempuan di ketiga desa memiliki peran penting dalam sektor produksi dan ini ditopang oleh reaksi gender.

Gender diartikan sebagai konstruksi sosial budaya yang membedakan karakteristik maskulin dan feminin. Perkembangan peran perempuan ini membentuk konstuksi sosial budaya yang baru dalam kehidupan masyarakat. Konstruksi dalam sistem sosial disebut dengan istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality). Konstuksi sosial atau realitas sosial didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu atau sekelompok individu, menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.

Konstuksi peran perempuan di keluarga nelayan telah banyak mengalami perubahan, yang semula hanya berdiam diri menunggu hasil dari suami atau laki-laki karena suatu kondisi harus juga ikut berperan ambil bagian dalam kegiatan mendukung ekonomi keluarga. Hal ini berangkat dari kenyataan bahwa keluarga nelayan banyak yang masih berada dalam keadaan di bawah garis kemiskinan. Beberapa faktor penyebabnya adalah saat nelayan tidak melaut karena cuaca buruk, sementara kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi. Faktor lainnya penyebab kemiskinan di kalangan keluarga nelayan karena sebagian besar nelayan adalah nelayan buruh dengan tingkat sosial ekonomi dan kesejahteraan yang rendah. Wilayah pesisir adalah wilayah yang memiliki kekhasan tersendiri. Setiap harinya wilayah pesisir didominasi oleh penduduk wanita dan anak-anak karena umumnya suami dan remaja pria pergi melaut. Ada nelayan yang melaut berhari- hari, tetapi ada juga nelayan biasa yang hanya melaut di malam hari, sehingga ibu atau istri memegang tanggung jawab kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan lebih dititik beratkan pada kaum wanita.

Jibu Jibu bersiap untuk keliling desa untuk menjajakan ikan yang baru saja diambil dari nelayan

Dalam konstruksi sosial masyarakat di kawasan pesisir adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pesisir atau wilayah pantai. Masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, dapat disadari bahwa tidak semua desa-desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Meski demikian di desa-desa pesisir yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan tangkap, petambak, atau pembudidaya perairan, kebudayaan nelayan berpengaruh besar terhadap terbentuknya identitas sosial masyarakat pesisir secara keseluruhan. Baik nelayan tangkap, petambak, maupun pembudidaya perairan merupakan kelompok-kelompok sosial yang langsung berhubungan dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan kelautan. Oleh karena itu, konstruksi kehidupan sosial budaya suatu masyarakat dipengaruhi secara signifikan oleh eksistensi kelompok – kelompok sosial yang kelangsungan hidupnya bergantung pada usaha pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir seperti halnya Jibu-jibu.

Perempuan di daerah pesisir menjadi bagian yang membentuk konstruksi sosial tersebut, selama ini wanita menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi produktif masyarakat pesisir sehingga meningkatkan fungsinya dari ibu rumah tangga biasa menjadi pencari nafkah. Namun demikian, selama ini peran wanita di ketiga negeri masih bisa dioptimalkan dalam membantu peningkatan ekonomi keluarga, terutama berkaitan dengan proses pengelolaan hasil pasca tangkap. Pengetahuan dan keterampilan mereka masih terbatas dan belum pernah memperoleh inovasi teknologi. Selain itu mereka juga belum memiliki kemampuan dalam pengembangan usaha.

Perempuan khususnya kelompok Jibu-jibu memiliki peran besar dirumahnya, disamping mengerjakan pekerjaan rumah, mereka juga membantu suami untuk mencari nafkah. Jibu-jibu harus memutuskan berperan aktif dalam mendukung perekonomian keluarga dipengaruhi oleh status perkawinan juga dipengaruhi oleh faktor usia, daerah tempat tinggalnya (kota/desa), pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan suami (bagi yang sudah menikah), pendidikan, serta tingkat pengangguran regional. Dapat disimpulkan masalah utama dari pekerja wanita adalah latar belakang sosial yang rendah, sehingga mengharuskan perempuan bekerja.

Membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari merupakan bagian dari kinerja perempuan di Negeri Ureng, Assilulu dan Negeri Lima. Ketiga Negeri merupakan desa yang berada di pesisir pantai. Keberadaan desa ini membentuk karakter masyarakat melaksanakan aktivitas sebagai nelayan.

Jibu-jibu lebih banyak mengadakan proses jual beli di tepi pantai, menunggu suami atau nelayan laki laki kembali dari melaut untuk membantu proses penjualan ikan langsung kepada masyarakat, para perempuan di ketiga Negeri mengambil peran sebagai penjual ikan. sebenarnya istilah jibu-jibu dipakai untuk membedakan antara istilah papalele dan jibu-jibu. Istilah papalele berlaku pada semua penjual keliling baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan istilah jibu-jibu dikhususkan pada para perempuan. Para jibu-jibu lebih beraktivitas sebagai penjual, bukan sebagai produsen. Mereka lebih banyak mengambil barang secara langsung dari petani maupun nelayan kemudian dipasarkan secara langsung kepada masyarakat dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain atau di pasar.

Sebagian besar aktivitas suami dari jibu-jibu ini yakni sebagian nelayan dan petani kebun. Bagi perempuan yang memiliki suami sebagai nelayan, mereka akan memasarkan sendiri hasil tangkapan ikan suaminya. Namun terdapat pula perempuan jibu-jibu yang menjual ikan yang diperoleh dari nelayan lain. Secara umum, aktivitas melaut para nelayan di ketiga desa terlihat tidak menentu. Seringkali terlihat nelayan yang melaut pada malam hari, namun terdapat pula nelayan yang melaut pada siang hari.

Sebagai usaha mengembangkan potensi kelompok perempuan dan jibu-jibu di Desa Negeri Lima, Ureng dan Assilulu, Harmony Alam Indonesia bersama Adaptation Fund dan Kemitraan Partnership menjalankan program pemberdayaan kelompok perempuan dan jibu-jibu dalam program adaptasi perubahan iklim dengan berbagai kegiatan pelatihan pengolahan hasil perikanan seperti kelompok pembuat abon ikan tuna, kerupuk ikan, bekasang (makanan olahan dari permentasi ikan) dan berbagai turunan produk hasil tangkapan nelayan. Selain itu di ketiga desa memiliki potensi alam yang baik untuk budidaya rumput laut khususnya di dusun Kasuari dan Nusa Ela, selain perempuan terlibat dalam budidaya, kelompok perempuan juga akan mengolah hasil panen rumput laut menjadi produk turunan seperti tepung rumput laut (keragenan) atau produk jadi seperti keripik dan nori.

Dengan kegiatan ini diharapkan perempuan di tiga negeri memiliki banyak keterampilan dalam mengolah hasil perikanan yang sangat berlimpah di tiga desa pesisir, dengan demikian akan banyak diversifikasi produk yang akan lahir dari tangan perempuan dan jibu-jibu. IP

One thought on “Peran Jibu jibu dalam Mendukung Ekonomi Rumah Tangga

  1. Dgn adanya kehadiran lembaga HAI membawa banyak program utk kaum perempuan akan memberikan perubahan ekonomi keluarga yg lebih baik lagi di ketiga negeri ini, maka dg sendirinya akan menurunkan angka stunting di ketiga negeri ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published.