Harmony Alam Indonesia (HAI) - Surga Bawah Laut di Tanjung Sial, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Indonesia dikaruniani alam yang begitu indah merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan harus dijaga keharmoniannya. Perjalanan HAI kali ini di sebuah pulau diujung barat pulau seram sebuah kawasan yang kramat dan sakral merupakan wilayah adat petuanan Negeri Asilulu dan Negeri Ureng, dahulunya kawasan ini adalah tempat lakuspiritual, membuang sial dan mencari berkah, inilah musabab tempat ini disebut Tanjung Sial, namun para nelayan berpendapat disebut tanjung sial karena wilayah laut ditempat ini kondisinya tidak bisa ditebak dan seringkali membawa sial untuk para nelayan begitulah yang disampaikan pak Udin salah satu nelayan asal Negeri Asilulu ini.

Dibalik semua cerita dan sejarah yang disampaikan Tanjung Sial ini menyimpan banyak keindahan alam yang patut dieksplor. Mulai dari tempat tempat keramat dan sakral, keaneka ragaman hayati dari hewan dan tumbuhan endemik, tradisi, budaya serta masyarakatnya.
Salah satu yang menakjubkan di pulau seram adalah ekosistem terumbu karang yang merata di pesisir pantai dengan kondisi yang masih sangat baik dan lestari terjaga. Mulai dari Amahai Waru, Wahai, Piru Pulau Kelang dan Manipa.
Salah satu spot yang dikunjungi oleh HAI dalam perjalanan ini adalah wilayah pesisir Ujung dari Tanjung Sial Negeri Ureng dan Asilulu, dimana HAI akan menjalankan program adaptasi perubahan iklim di kedua Negeri ini dan Negeri Negeri Lima.

Terlihat dari atas permukaan laut air yang jernih dan terumbu karang yang sangat subur tumbu dan menutupi dasar laut. Ekosistem yang sangat baik untuk hidup dan berkembang biaknya ikan karang seperti Bobara, Momar, kerapu, kakap ekor kuning/pisang-pisang dan lencam. Selama ini masyarakat Maluku pada umumnya sangat menggantungkan penghidupan dan ekonomi pada potensi Sumber Daya Ikan (SDI) baik ikan karang maupun ikan tuna.
Berkeliling disekitar perairan tanjung sial juga sangat menyenangkan untuk menyejukkan mata dengan pemandangan yang masih sangat asri hutan hijau dikejauhan dan birunya laut dengan terumbu karang yang menyelinap diantara hempasan ombak dari atas kapal seolah mengintip, membuat hasrat ingin menyeburkan diri berenang diantara karang semakin kuat.
Perjalanan diakhiri dengan bercengkrama dengan penduduk lokal sambil menikmati air kelapa muda segar yang langsung dipetik dari pohon oleh warga setempat, sungguh pengalaman yang tidak bisa ditolak. Sempat bercengkrama dengan seorang nelayan "Pak Udin" panggilannya, mejelaskan bahwa sumber mata pencahariannya sudah belasan tahun adalah menjadi nelayan, ia hanya mengenyam pendidikan sampai dengan sekolah dasar, tapi karena alam menyediakan segalanya untuknya dan keluarganya maka ia merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan tegasnya. "Namun ancaman saat ini adalah cuaca dan perubahan iklim dan lingkungan, katong dulu bisa melaut mencari ikan setiap saat walaupun musim angin barat, karena walau banyak ombak katong tau diamana harus cari ikan, sekarang ini su tidak bisa, harus cari jauh dan ikan pindah-pindah" begitu keluhnya.

Meski mencari ikan tuna memiliki banyak kendala dan tantangan para nelayan tetap bertahan dengan mencari ikan batu atau ikan karang. Maka dengan menjaga karang sebenarnya menjaga hidup para nelayan dan menjaga ekosistem pesisir itu sendiri. ip